Konsep Sinergi Logistik & Kawasan Industri yang Terintegrasi dengan Pelabuhan

PENGUATAN sektor logistik telah menjadi elemen kunci dalam upaya transformasi ekonomi nasional yang bergantung pada integrasi ekonomi domestik dan pe-ningkatan produktivitas perekonomian. Meskipun demikian, tantangan utama yang masih dihadapi adalah rendahnya daya saing sektor logistik nasional, yang menghambat peningkatan produktivitas ekonomi dan integrasi ekonomi domestik.
Dalam konteks Indonesia, sebagai negara kepulauan de-ngan perkembangan sentra industri yang berfokus secara tematik, penguatan sektor transportasi laut menjadi hal yang sangat penting.
Pengembangan kawasan industri tematik telah menciptakan klaster pertumbuhan perekonomian dan aktivitas logistik yang merata di seluruh daerah. Oleh karena itu, peran fasilitas pelabuhan yang terintegrasi dengan kawasan industri menjadi krusial dalam menciptakan solusi logistik yang komprehensif.
Integrasi antara fasilitas pelabuhan dan kawasan industri telah diterapkan dalam beberapa kasus di Indonesia, yang menghasilkan sejumlah manfaat yang signifikan.
Layanan yang disediakan PT Kawasan Berikat Nusantara dan fasilitas pendukung pelabuhan memiliki potensi untuk diversifikasi dalam berbagai segmen. Namun, pengembangan integrasi layanan yang terpadu di antara kawasan industri dan pelabuhan memerlukan pendekatan yang terencana dengan tahapan-tahapan yang jelas.
Penelitian ini mencoba untuk menggambarkan pentingnya penguatan layanan kepelabuhanan sebagai backbone transportasi laut dalam konteks perekonomian Indonesia yang berkembang, dengan fokus pada integrasi fasilitas pelabuhan dan kawasan industri yang tematik, juga bagaimana PT KBN dapat menangkap peluang tersebut dengan mengintegrasikan fasilitas pelabuhan dengan kawasan industri tematik sehingga memberikan kontribusi yang signifikan dalam menciptakan solusi logistik yang komprehensif dan berkelanjutan.
Untuk diketahui bersama bahwa performa bisnis logistik nasional saat ini masih menghadapi beberapa tantangan, antara lain berupa kondisi kondisi infrastruktur logistik yang belum memadai, ketersediaan layanan logistik yang masih terbatas, ketidakefisienan proses kepabeanan, dan kenaikan biaya logistik.
Tantangan-tantangan tersebut menyebabkan kinerja logistik Indonesia masih berada di peringkat yang rendah, yaitu ke-63 dari 139 negara pada tahun 2023.
Setidaknya terdapat 4 klaster isu yang menjadi penyebab performa sektor logistik nasional yang belum optimal:
1. Isu Proses Bisnis Logistik
Masih terdapat inefisiensi pada proses bisnis first, middle, dan last mile layanan logistik nasional yang disebabkan oleh rendahnya koordinasi dan kolaborasi antar pelaku, serta belum terstandarisasinya sistem.
2. Isu Logistik Antar Wilayah
Terdapat cargo & trade imbalance antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI).
3. Isu Logistik Komoditas
Potensi economic loss, diakibatkan oleh belum memadai-nya fasilitas handling komoditas khusus, belum terlaksananya good handling practice pada rangkaian distribusi logistik.
4. Isu Pelaku Logistik
Pelaku industri logistik di Indonesia masih terfragmentasi oleh pelaku usaha dengan skala UMKM sehingga berdampak pada sulitnya penerapan enforcement standardisasi layanan yang merata.
Performa logistik nasional Indonesia tercatat mengalami penurunan dilihat dari beberapa indikator penilaian utama.
Optimalisasi Layanan Transportasi Laut
Jaringan backbone utama dapat menciptakan skala ekonomi dan konektivitas jaringan transportasi antar wilayah sehingga meningkatkan layanan logistik.
Optimalisasi layanan transportasi laut sebagai backbone logistik dapat berupa sinergisasi konsep pengembangan multi moda lainnya, ataupun standardisasi dan pemerataan pelayanan hingga ke seluruh Indonesia.
Hilirisasi industri yang merata akan meningkatkan produktivitas perekonomian sehingga berdampak pada pertumbuhan PDB dan pemerataan aktivitas perdagangan serta pemerataan distribusi kargo hilirisasi dan klasterisasi industri daerah untuk: (1) Menciptakan economic powerhouse secara merata sehingga menciptakan pemerataan ekonomi, dan (2) Minimalisasi trade & cargo imbalance sehingga rute layanan logistik antar wilayah lebih ideal.
Perkembangan infrastruktur pelabuhan dan konektivitasnya antar daerah menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan kinerja logistik Indonesia, karena pelabuhan merupakan salah satu titik kritis dalam rantai pasokan barang.
Kendalanya, pengurusan perizinan membutuhkan waktu penyelesaian perizinan relatif lama serta relatif belum transparan. Border management & fasilitas ekspor-impor belum terdigitalisasi & integrasi secara menyeluruh.
Selain itu, kualitas infrastruktur darat, laut, dan udara Indonesia masih berada di bawah beberapa negara ASEAN, se-perti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Harus diakui, sudah ada perbaikan pada aspek kemudahan pengiriman Indonesia, namun masih perlu terus didorong evaluasi biaya pengiriman serta promosi moda transportasi murah yang sesuai dengan karakteristik Indonesia.
Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia logistik Indonesia yang masih terbatas perlu peningkatan kapabilitas SDM melalui pendidikan formal, vokasi, dan sertifikasi keahlian.
Saat ini insfrastruktur logistik digital juga memiliki tantangan berupa asymmetric supply dan demand information, tidak adanya sistem track and trace, dan terbatasnya jangkauan jaringan pelayanan non seluler
Ketepatan waktu pengiriman logistik di Indonesia masih rendah. Dibutuhkan integrasi antar penyedia jasa angkutan logistik untuk meningkatkan waktu logistik memadai dan konektivitas yang baik akan dapat mendukung kelancaran arus barang dan mobilitas pekerja serta dapat menurunkan biaya logistik dan meningkatkan daya saing industri Indonesia.

Setidaknya ada sejumlah tantangan Pilar Strategis yang kita temukan, di antaranya :
- Disparitas pengembangan infrastruktur pelabuhan dan konektivitasnya antar daerah.
- Tingkat komersialisasi pembangunan/pengembangan pelabuhan yang tergantung pada industri daerah.
- Kebijakan multi sektoral transportasi & infrastruktur.
- Disparitas infrastruktur sebagai enabler pemerataan industri tiap wilayah.
- Kompleksitas prosedur dan perizinan investasi.
- Perbedaan karakteristik wilayah, potensi komoditas dan struktur perekonomian antar daerah di Indonesia.
Dengan menjadikan moda transportasi laut menjadi logistic backbone, semua arah pengembangan moda lanjutan khususnya dalam logistic triangle perlu mempertimbangkan arah strategis pengembangan pelabuhan dari aspek teknis dan komersial.
Penguatan Sektor Logistik
Penguatan sektor logistik memiliki peran sentral sebagai pendorong utama transformasi ekonomi Indonesia. Dalam wadah ekonomi global yang terus berubah, sektor logistik menjadi enabler yang krusial untuk memastikan pertumbuhan yang berkesinambungan.
Dalam konteks ini, penguatan layanan kepelabuhanan, yang berperan sebagai fasilitas backbone transportasi laut, menjadi salah satu elemen utama dalam strategi ini.
Ketika kepelabuhanan diperkuat dan terintegrasi dengan kawasan industri yang terklusterisasi secara tematik, kita menciptakan suatu ekosistem logistik yang terintegrasi de-ngan baik.
Dalam ekosistem ini, kolaborasi antara pelabuhan dan kawasan industri akan menghasilkan solusi logistik yang komprehensif dan efisien, mengoptimalkan aliran barang dan meminimalkan biaya, sehingga menciptakan peluang pertumbuhan ekonomi yang lebih besar bagi Indonesia.
Adanya aktivitas industri yang terus berkembang secara signifikan akan menghasilkan kebutuhan yang meningkat dalam hal aktivitas logistik yang mendukung fasilitas pelabuhan dan dalam konteks ini, beberapa skema kunci menjadi faktor utama dalam memastikan efisiensi dan keberlanjutan dalam rantai pasokan.
Pertama-tama, perlu diperhatikan bahwa jaringan pelayaran yang kuat sangat bergantung pada kepastian pasar. Selanjutnya, integrasi yang kuat antara pelabuhan dan kawasan industri akan menjadi kunci utama dalam meningkatkan layanan pelabuhan.
Integrasi ini menciptakan konektivitas yang langsung antara kawasan industri dan pelabuhan, yang pada gilirannya akan mengoptimalkan layanan pelabuhan dengan peningkatan kapasitas, kapabilitas, dan standardisasi operasional.
Dalam upaya menjaga daya saing, tarif layanan yang kompetitif juga harus menjadi bagian integral dari strategi keseluruhan. Dengan demikian, integrasi yang komprehensif antara aktivitas industri dan layanan pelabuhan akan menjadi kunci sukses dalam memenuhi kebutuhan logistik yang berkembang seiring dengan pertumbuhan sektor industri.
Adanya aktivitas industri yang akan menciptakan kebutuhan aktivitas logistik untuk fasilitas pelabuhan dan layanan pendukung.
Segmentasi Layanan
Penyediaan layanan di kawasan industri dan fasilitas pendukung pelabuhan menciptakan peluang untuk mengembangkan bisnis dengan mengalihkan fokus layanan ke segmen-segmen khusus yang memiliki kebutuhan dan potensi tertentu.
Dalam mengintegrasikan fasilitas di kawasan industri serta kawasan pendukung pelabuhan akan menciptakan:
- Ekosistem industri – pelabuhan yang terpadu dan menjadi daya tarik sendiri untuk tenant yang akan ditargetkan.
- Aktivitas logistik yang efisien karena dipangkasnya aktivitas logistik yang bekepanjangan antara Industri menuju pelabuh-an ataupun sebaliknya.
- Integrasi layanan logistik yang menciptakan layanan logistik yang lengkap untuk mendukung pergerakan barang di pela-buhan dan kawasan industri. Integrasi fasilitas pelabuhan dan kawasan industri telah berhasil diimplementasikan dalam beberapa kasus di Indonesia, menghadirkan sejumlah manfaat yang signifikan bagi perkembangan ekonomi dan efisiensi logistik.
- Pengintegrasian intermoda kereta api pendukung menuju pusat produksi batubara (Pelabuhan Panjang – Muara Enim) 420 KM melalui rel kereta api menuju stasiun Tarahan dekat Pelabuhan Panjang – dengan waktu tempuh 10 jam, efisiensi 5% biaya logistik dibandingkan dengan menggunakan moda darat trucking.
- Pengintegrasian intermoda kereta api pendukung menuju pusat Kawasan Industri (Pelabuhan Tanjung Priok – Cikarang Dry Port) 50 KM melalui rel kereta api menghubungkan Kawasan Industri Jababeka terhadap Pelabuhan Tanjung Priok – dengan waktu tempuh 70 menit, efisiensi 30% dalam menurunkan kemacetan dan penurunan konsumsi BBM sebesar 190 miliar per tahun.
- Pengintegrasian intermoda kereta api pendukung menuju pusat produksi Semen (Pelabuhan Garongkong – Semen Bo-sowa & Semen Tonnasa ) 75 KM melalui rel kereta api meng-hubungkan aktivitas produksi Semen Tonnasa & Bosowa terhadap Pelabuhan Garongkong, efisiensi 25% dalam menurunkan beban jalan oleh aktivitas logistik semen Tonnasa & Bosowa.
Pengintegrasian Pelabuhan - Kawasan Industri
- Pelabuhan Kuala Tanjung – KI Kuala Tanjung Kawasan Industri seluas 3.400 Ha dengan pengembangan pada multi-industry seperti minyak sawit, produk makanan, minuman, ban/produk karet lainnya, besi baja, aluminium, semen, spare part kendaraan, dan alas kaki.
- Pelabuhan Manyar – Java Integrated Industrial and Port Estate, Kawasan Industri seluas 3,000 Ha dengan konsep pengembangan multi-function berupa 1.761 Ha area industri, 400 Ha Pelabuhan, 800 Ha kota independen yang berpotensi menghasilkan bangkitan kargo sebesar 100.000 DWT.
- Pelabuhan Kendal – KI Kendal Industrial Park, Pelabuhan Manyar – Pengintegrasian pelabuhan terhadap kawasan pendukung sebagai cargo generator 2.200 Ha dengan konsep pengembangan multi-function berupa industrial cluster, town center, shopping districts, residential dan recreational area.
KBN berpotensi dapat mengimplementasikan strategi di atas melalui 3 (tiga) pilar utama, mengingat area industri KBN telah terintegrasi dengan pelabuhan.
Area kawasan industri perlu menciptakan simbiosis mutualisme dengan fasilitas pelabuhan yang dibangun melalui:
Resegmentasi tenant industri ke arah manufaktur yang heavy terhadap aktivitas logistik bahan baku dan produk jadi, yang orientasi dari/menuju luar area bahkan ekspor/impor.
Pengembangan area pendukung logistik yang menjadi intermediary antara aktivitas produksi yang berlangsung di kawasan dengan aktivitas distribusi di pelabuhan, sehingga menghasilkan layanan yang bersifat end-to-end.
Area Kawasan Industri perlu dihubungkan secara langsung dengan pelabuhan dengan skala dan konektivitas perdagangan yang lebih besar.
Saat ini akan ada akses NPEA yang terbangun melintang di atas kawasan industri menuju Terminal Petikemas Internasional Kalibaru (terbesar di Indonesia).
Pembangunan ini perlu diakselerasi dan dipastikan terdapat keterbukaan akses dari Area Marunda ke NPEA sehingga area Marunda memiliki daya tarik industri skala besar karena terkoneksi dengan jalur perdagangan internasional.
Pengembangan dan/atau refinement pelabuhan di area Kawasan Marunda perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
-
Dilakukan segmentasi yang meminimalisir terjadinya kompetisi antar terminal.
-
Kerja sama dengan operator pelabuhan untuk dapat mengakuisisi operational excellence.
-
Kerja sama dengan cargo owner untuk dapat meminimalisir commercial risk dan menciptakan keterpaduan fasilitas terminal yang relevan dengan kebutuhan segmen kargo.
-
Studi pasar pada laporan Antara Interim Pelindo KBN Integrated Logistic Center Study menyimpulkan potensi pasar yang positif.
Sektor dominan terutama terdiri dari transportasi dan logistik, mengingat letaknya yang strategis berdekatan dengan Pelabuhan Tanjung Priok.
Assessment potensi kawasan untuk dikembangkan/dipadukan dengan fasilitas pelabuhan yang telah tersedia 2023 – TW1 2024
Strategic design pengembangan konsep pengembangan/refinement fasilitas kawasan industri dan pelabuhan untuk menciptakan layanan logistik end to end yang terintegrasi TW1 – TW3 2024.
Perancangan struktur kolaborasi/kerja sama dalam rangka mendapatkan mitra yang dapat mendukung aspek komersial, operasional dan finansial pengembangan proyek TW4 2024 implementasi pengembangan dan pengoperasian integrasi proyek antara kawasan 2025 industri dan fasilitas pelabuhan dan rencana duplikasi ke proyek lain.
PT KBN memiliki potensi untuk menerapkan strategi terintegrasi antara kawasan industri dan pelabuhan melalui tiga pilar utama:
Pilar pertama adalah penyempurnaan Kawasan Industri Marunda, yang memerlukan restrukturisasi penyewa industri menuju manufaktur berat dan pengembangan area dukungan logistik.
Pilar kedua adalah percepatan konektivitas antara kawasan industri dan pelabuhan utama, yang dapat dicapai melalui pembangunan NPEA (New Priok Eastern Access) dan memastikan akses terbuka dari kawasan Marunda ke NPEA.
Pilar ketiga adalah transformasi dalam pengelolaan terminal/pelabuhan di kawasan Marunda, yang memerlukan pengurangan kompetisi antara terminal, kerja sama dengan operator dan pemilik kargo, serta pencapaian keunggulan operasional.
Untuk melaksanakan strategi ini, diusulkan sebuah peta jalan dengan empat tahap: penilaian strategis, perancangan strategis, kolaborasi strategis, dan implementasi.
KBN perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk mengimplementasikan pilar-pilar strategi yang telah dirancang. Ini termasuk restrukturisasi kawasan industri, percepatan konektivitas dengan pelabuhan utama, dan transformasi dalam pengelolaan terminal/pelabuhan.
Implementasi tahap demi tahap seperti yang diusulkan dalam roadmap akan menjadi panduan yang efektif.
Pada tahap strategic collaboration, penting untuk menjalin kemitraan dengan operator pelabuhan dan pemilik kargo yang dapat mendukung proyek secara komersial, operasional, dan finansial.
Kolaborasi ini akan memperkuat integrasi dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk keberhasilan proyek.
Selama tahap implementasi, perhatian harus diberikan untuk memastikan bahwa integrasi antara kawasan industri dan fasilitas pelabuhan terjadi dengan efisien. Pengelolaan logistik yang terpadu akan menjadi kunci untuk menciptakan layanan end-to-end yang efektif.
KBN juga harus mempertimbangkan peluang untuk menggandakan model ini ke wilayah lain, jika terdapat kesuksesan di Kawasan Industri Marunda. Ini dapat memperluas dampak positif integrasi kawasan industri dan pelabuhan ke wilayah lain dan membuka peluang baru untuk pertumbuhan dan investasi.
Dengan implementasi yang tepat dari strategi ini, KBN memiliki potensi untuk menjadi lokasi bisnis yang sangat menarik dan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan logistik di wilayah tersebut. (Majalah KBN #034)
------------------------------------------------------------
Oleh: Anom Wibisono, Vice President Divisi Pengembangan Bisnis PT KBN
- 170 views
Leave a Reply