Realisasi relokasi pabrik baru dari Cina ke SBU Kawasan Cakung mulai terganjal kebijakan tarif baru resiprokal pemerintah AS.

Sampai awal Mei 2025 sudah ada 5 pabrikan Cina yang berminat investasi di Cakung, namun realisasinya masih menunggu tarif baru yang diberlakukan AS terhadap Cina yang masih terus dalam proses perundingan.

“Yang minat masuk ke Cakung sudah melakukan komunikasi dengan kami, namun sejauh ini untuk kelanjutan kepastiannya masih menunggu kebijakan tarif baru seperti apa,” kata GM SBU Cakung, Pratikto Darmawan (sekarang SVP Pengembangan Bisnis).

Tahun 2024 lalu, sebanyak 10 perusahaan di Cina memindahkan pabriknya ke Cakung. Pabrik tersebut memproduksi aneka jenis produk, mulai dari beragam peralatan sampai perkakas rumah tangga. Semua produknya untuk tujuan ekspor ke AS.

“Sebenarnya pabrikan dari Cina yang merelokasi ke sini masih sangat tinggi, tapi semuanya masih wait and see,” jelas Pratikto Darmawan.

Kawasan Industri di SBU Cakung termasuk banyak diincar investor LN, karena bila mengacu pada perang dagang AS-Cina lebih menguntungkan, karena tarif bea masuk ke AS relatif lebih rendah ketimbang dari Cina.

Selain itu, kawasan industri Cakung letaknya sangat strategis di Jakarta, akses sangat baik, dan dekat dengan Pelabuhan Tanjung Priok.

Tahun sebelumnya, kebijakan tarif masuk Amerika Serikat masih sangat menguntungkan – setidaknya bila dibandingkan dengan diekspor dari Cina.

Relokasi pabrik di Indonesia juga dinilai sangat menguntungkan karena lebih mudah mendapatkan  bahan baku.

Di tengah penantian tarif yang bikin semua investor baru Cina wait and see, SBU Cakung terus berbenah. Mulai dari perbaikan empat jalan di lingkungan SBU Cakung sampai peningkatan kapasitas pengolahan sampah pabrik.

Ke depan sampah yang dibuang ke TPA Bantargebang akan semakin kecil karena optimalisasi mesin pemusnah sampah yang ada sekarang ini. <> KBNmagz#037